Jumat, 07 Juni 2013

Berbagi...dan berbahagialah...

Siang yang cerah...
Dimana pada hari itu, kami semua sudah berada di jalanan dari jam 6 pagi...
Mulai dari membagikan 250 nasi bungkus ke tukang sapu jalanan...
Hingga melepaskan 15.000 ekor lele ke kali pesanggrahan.











Setelah itu..

Saatnya kita mulai bersiap-siap untuk acara berikutnya...

Acara yang juga didukung oleh PGB Bangau Putih Peduli ini diadakan di Panti Werdha Wisma Mulia, Jelambar Grogol. Semua persiapan termasuk mengangkut semua barang-barang dari para donatur dan menyiapkan nasi box untuk penghuni panti dan peserta.

Panti Werdha Wisma Mulia menampung 61 orang lansia yang semuanya adalah wanita, termasuk pengurus penghuni panti semuanya berjumlah 84 orang.

Selain dari anggota WSC yang terdiri dari Suyeni, Amin, Yanti, Erna, Ferry, Andy dan Widya, baksos kali ini juga dibantu relawan teman-teman kita antara lain Devin, Gigit, Andhika, Megawati, Fransiska, Sesilia, Aily, Yensri dan Steven.
Pukul 12.30, rekan-rekan dari PGB Bogor sudah sampai di panti, terdiri dari 25 anggota pemain Keroncong Asmara dari PGB Bangau Putih Peduli yang dipimpin oleh Ibu Hettyana Rahardja (Istri dari Guru Besar PGB Bangau Putih Gunawan Rahardja).
Setelah kita selesai berbenah, akhirnya acara dimulai pukul 13.30 dengan mengalunnya musik keroncong.


Secara spontan oma-oma di panti semua berdatangan ke ruang serbaguna untuk bergabung, menyanyi dan menari bersama.

Kami sangat senang melihat antusiasme para oma terhadap musik keroncong, bahkan ada beberapa oma berkata seperti ini "Duh....Terima kasih ya...Saya sangat suka sekali dengan keroncong, selama saya tinggal 6 tahun di panti, belum pernah ada musik keroncong yang mengisi acara disini."

Ada juga oma yang biasanya paling tidak suka dijengguk orang lain...Berkat keroncong, omanya sampai lari kedepan untuk bergabung menari bersama.
Bahkan ada beberapa oma mempertunjukkan kebolehan mereka untuk bernyanyi. Sementara para oma yang mampu dan masih sehat untuk berjalan sendiri menuju ruang serbaguna untuk menyanyi dan menari, masih banyak juga oma yang masih dikamar masing-masing karena ada yang sakit, atau tidak mampu berjalan lagi bahkan ada oma yang memang tidak begitu meyukai keramaian.

Sebagian dari team kami berkeliling membagikan bingkisan untuk oma-oma tersebut, sekaligus mengajak mereka mengobrol apa yang benar-benar merupakan kebutuhan mereka.
Saat itu, kami melihat sendiri dengan perasaan miris...ada oma yang sudah pikun, tidak ingat dengan namanya sendiri, sepertinya pikirannya sudah tidak berfungsi sehingga si oma hanya duduk di kursi roda, mulutnya mengunyah terus seolah-olah ada makanan di mulutnya padahal mulutnya kosong. Bahkan ada oma yang kakinya diikat karena terlalu sering kabur sehingga oma nya tidak bisa bangun lagi dari tempat tidurnya. Belum lagi masih ada oma yang menjerit-jerit karena sekujur tubuhnya penuh dengan luka korengan dan berteriak kesakitan tanpa diobati.
Kami sampai menangis sedih melihat kondisi mereka, karena kami tidak bisa berbuat apapun untuk meringankan penderitaan mereka.

Saat itu beberapa dari kami tidak menahan perasaan kami, seperti melihat mama sendiri saat itu. Dan yang paling membuat kami sampai tidak dapat menahan emosi adalah ada beberapa yang mengeluh karena mereka menganggap diri mereka sudah tidak berguna lagi lebih baik mati daripada menyusahkan orang lain. Kami berusaha menghibur mereka mengajak mereka masuk ke ruang serbaguna, meskipun sebagian dari mereka tidak bisa berjalan, kami papah atau kami bawa mereka dengan kursi roda. Ada beberapa susternya melarang oma untuk ikut acara keroncong, mungkin susternya takut oma kecapean. Tetapi kami juga tidak ingin oma nya sedih karena tidak bisa ikutan acara keroncong yang sebenarnya sangat menghibur mereka.

Dari pengalaman kali ini, kami mendapat pelajaran yang sangat berharga.. Karena saat ini kita masih muda, masih sehat, mampu berjalan..berpikir sehat, berbicara, dan masih normal melakukan kegiatan sehari-hari.
Tapi kita sudah mulai harus menyadari bahwa suatu hari nanti kita akan tua juga...dan sangat membutuhkan untuk didengar dan dimengerti oleh yang masih muda. Sangat butuh dihibur, dijenguk, dan dikasihi.
Tidak semua oma disana tidak mempunyai keluarga. Ada satu oma yang bahkan masih sehat, mempunyai anak tetapi beliau tidak mau menyusahkan anaknya untuk tinggal bersama mungkin karena kesibukan anaknya, akhirnya beliau memilih untuk tinggal di panti.
Ada juga yang masih mempunyai anak tetapi karena oma nya sudah pikun bahkan sulit mengenali dirinya sendiri, mungkin keluarganya tidak ada yang bisa menjaganya atau bahkan sibuk bekerja sehingga oma dititipkan di panti. Masih banyak oma-oma yang sangat jarang dijenguk.
Mereka merasa suster-suster disana suka memarahi mereka atau bahkan bersikap kasar. Padahal sebenarnya karena keterbatasan mereka atau bahkan mereka juga sudah terlalu sensitif sehingga merasa suster terlalu tegas dengan mereka.

Kami hanya ingin mengajak teman-teman untuk belajar dan merenungkan...
Saat orang tua kita melahirkan dan membesarkan kita, mereka bekerja sangat keras, bahkan tidak peduli dengan kesehatan mereka sendiri demi untuk menyekolahkan kita.
Alangkah sedihnya bila saat tua, kita menelantarkan orang tua kita sendiri demi kesibukan mencari yang namanya UANG. Dan kita tidak bisa membagi waktu untuk orang tua kita sendiri ?

Ini ada sebuah puisi yang bagus sekali untuk kita renungkan.

"Disaat Daku Tua..."

"Disaat daku tua...
Bukan lagi diriku yang dulu..
Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku..

Disaat daku menumpahkan sup di bajuku,
Dan tidak ingat lagi bagaimana mengikat tali sepatu...
Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya..

Disaat daku sedang pikun,
Terus mengulang-ngulang ucapan yang membosankanmu..
Sabarlah, jangan memotong ucapanku..
Disaat kamu kecil saya terus mengulang sebuah cerita sehingga engkau terbuai mimpi..

Disaat daku membutuhkanmu untuk memandikanmu...
Janganlah menyalahkanku..
Ingatlah saat kamu kecil daku membujukmu untuk mandi..

Disaat saya kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern..
Janganlah menertawaiku...
Renungkan bagaimana daku menjawab setiap kata "mengapa" yang engkau ajukan saat itu...

Disaat daku lupa dengan topik pembicaraan kita...
Berilah aku waktu sedikit untuk mengingatnya...
Topik pembicaraan bukanlah hal penting untukku, asalkan engkau berada disisiku untuk mendengarkan, aku telah bahagia..

Disaat engkau melihat diriku menua...
Janganlah bersedih..
Maklumilah diriku, dukunglah daku,
Bagaikan daku terhadapmu saat engkau mulai belajar tentang kehidupan. "

Puisi ini sangat menyentuh dan mengingatkan kita semua...

Semoga apapun yang kita lakukan saat ini dapat memberikan kebahagiaan untuk kita semua...

Dan....
Berbagilah...
Berbahagialah...
Karena...
Kebahagiaan tidak akan habis bila dibagi..

We Share, because We Care
For all being happiness

Salam berbahagia

We Share Community

Tidak ada komentar:

Posting Komentar